Popular Posts

Monday, December 13, 2010

Pak BeYe Vs Sultan Hamengkubuwono X: Raja Jawa Vs Raja Jawa?

Seru. Kata ini saya rasa sesuai buat menggambarkan polemik tentang RUUK Yogyakarta. Media kita penuh dengan perang kata-kata antara pendukung Pak BeYe dan fans setia Pak Sultan Jogya. Semua ngotot dengan argumentasi versi masing-masing. Semua mengklaim paling benar sendiri. Semua menganggap lawan bodoh dan tidak paham sejarah. Bahkan celakanya, sudah mulai ada tanda masing-masing pihak melakukan pengerahan massa untuk membela pendapat golongannya. Politik dalam tataran persuasi mulai berubah menjadi politik adu otot. Sangat menyedihkan. Pun menyebalkan.

Mengapa saya bilang menyedihkan dan pada saat yang sama, menyebalkan? Alasannya sederhana. Kelompok akar rumput kedua pihak, yang sama naif dan lugunya, mulai diperalat elit politik kita ke arah politik ala pengerahan massa. Jenis strategi politik primitif, yang meski kuno tapi dalam banyak kasus efektif diterapkan di negara kita. Diawali para punggawa dengan perang kata-kata, namun kemudian nampaknya akan diakhiri dengan mobilisasi rakyat awam, berhadap-hadapan, membentuk dua front diametral. Sama-sama dipenuhi dengan amarah yang meluap. Tangan mengepal. Otot leher yang menegang keras. Umbaran kata nan panas. Siap "berperang" sampai keyakinannya tercapai. Luar biasa. (bersambung)